Friday, 22 September 2017

Bersyukur Terlahir sebagai Muslim

Beberapa hari yang lalu, salahsatu teman di grup XLFL mengirimkan kata-kata yang sangat menyentuh dan teringat-ingat olehku ketika aku hendak menunda hal baik dan wajib, seperti Sholat. Apa isinya? Intinya adalah, ketika kita hendak berpergian, keluar kota, keluar negeri bahkan, kita akan mempersiapkan diri setidaknya agar tidak telat dan ketinggalan pesawat. Kita memastikan dengan penuh perhatian jadwal penerbangan agar kita bisa sampai ke bandara lebih awal dari jadwal keberangkatan. Karena jikalau telat, 3 menit saja misalnya, kita pasti akan merugi dari mahalnya tiket pesawat yang harus kita korbankan. Bagaimana dengan sholat? apakah kita segera melakukan ketika panggilan adzan itu datang? atau malah sudah pergantian sholat waktu selanjutnya kita baru bergegas mengambil air wudhu? padahal, jelas... sholat itu lebih mulia daripada terbang dengan pesawat terbang. 

Ini juga menjadi reminder untuk diriku sendiri, karena ibadah wajib yang hanya 5 waktu itu saja, terkadang masih lalai dikerjakan. Padahal,cuma 5 waktu kok? anggaplah 1 waktu sholat 7 menit, yah hanya 35 menit dalam 24 jam? susah kah?Think again.

Terlahir sebagai seseorang dengan orangtua beragama Islam membuatku bersyukur hingga detik ini, tak dipungkiri nikmat iman adalah salah satu hal yang tak pantas tidakku syukuri. Aku tersadar lagi dengan begitu indahnya Islam mengatur kehidupan manusia. Aku menyadari, tentunya Agama Islam bukanlah agama yang semata-mata diwariskan dari nenek moyang atau dari kedua orangtuanya kepada anak-anaknya.Tapi, terlahir dari orangtua dengan agama Islam adalah hal yang membuatku sangat beruntung, Allah telah mempermudah jalanku menemukan kebenaran sejati. 

Aku tahu Agama Islam bukan warisan tetapi karena hidayah yang Allah berikan kepada yang dikehendaki sesuai dengan ilmu dan hikmah Allah. Buktinya misalnya, Ada orang yang orang tuanya Islam tetapi setelah baligh/dewasa ia malah murtad dan sebaliknya ada yang kedua orang tuanya non-muslim kemudian mendapat hidayah dan menjadi Islam. Tapi tetap saja, Alhamdulillah aku sangat bersyukur dengan nikmat Iman Islam yang ada dijiwa ini, karena jikalau Allah SWT tidak menghendaki aku saat itu ketika terlahir dari rahim siapa, belum tahu aku akan mendapatkan hidayah untuk mencaritahu tentang agama Islam.

Dengan adanya Iman dan Islam dihati, akan membuat tujuan hidup menjadi jelas, karena kita yakin, Allah menciptakan kita, manusia yang kecil ini untuk beribadah, entah itu berbuat kebaikan, kemaslahatan didunia yang fana ini dan sejenisnya, jadi tahulah kita arti dan makna hidup. Harta benda yang kita cari dan diikhtiarkan dimanfaatkan untuk amal ibadah, berderma dan jalan yang diridhioNya. Bukan hanya ditumpuk dan dikerjarrr terus dengan segala upaya karena kita tahu bahwa harta materi sampe dunia aja kok, ga dibawa mati.

Bagaimana dengan yang TIDAK (tidak Iman dan Islam), mungkin saja bagi mereka hidup ini ya hidup aja, hidup harus bersenang-senang dan selagi hidup harus dinikmati dengan apapun caranya,  sekedar pemuasan kesenangan duniawi saja, sudah, kesenangan menurut maunya dia, yang dilakukannya entahlah benar atau tidak. Bagi yang tidak Iman dan Islam mungkin Mati adalah mati, tidak diyakini adanya kehidupan akhirat. Harta materi dikejar semampu mungkin, sebanyak mungkin entah dengan cara halal atau tidak halal, walau kadang hingga menjerumuskan pada derita perjalanan hidupnya pada akhirnya.
 
Aku bersyukur dengan nikmat iman ini, segalanya sudah diatur, bagaimana seharusnya aku berpakaian, bagaimana aku seharusnya membersihkan diri, apa yang seharusnya aku lakukan jika aku dalam keadaan tidak bersih atau haid, diatur bagaimana aku seharusnya berbagi rezeki dengan sedekah, zakat yang telah diatur kadarnya, diatur bagaimana aku harus menjaga kehormatanku, diatur bagaimana bergaul sesama teman dan masyarakat lainnya. Sungguh indah bila kita pada akhirnya menyadari segala yang sudah diatur dalam islam bukan "bersifat mengatur yang membuat susah dan menyusahkan atau menyulitkan" hidup, tetapi dengan Islam telah mengatur semua, membuat kita lebih bisa hendaknya menjalani hidup ini dengan baik dan tidak merugi, baik itu didunia dan akhirat.
Apa yang aku tulis adalah pengingat juga bagi diriku sendiri, semoga semua kita yang telah diberikan nikmat Iman dan Islam tersadar kembali betapa BERUNTUNG nya kita sebagai muslim sehingga membuat kita sadar dengan nikmat tersebut hendaknya kita bisa meraih kebahagiaan didunia dan akhirat kelak.

Thursday, 14 September 2017

Mencintai Perempuan

Yes! Mencintai perempuan.
Pernahkah kalian mencintai perempuan padahal kalian adalah seorang perempuan? Hi! jangan terkejut, kalian mencintai Ibu kalian bukan? Jangan mikir soal "Suka sesama Jenis" ya! Selain Ibu, saudara perempuan kandung kalian? pernah tidak? iya! Sahabat perempuan.
Ada? ya persis sepertiku, tapi mungkin ceritanya berbeda.

        Aku dahulunya mempunyai seorang sahabat perempuan, ya dari sekian sahabat yang lainnya. Aku sangat mengaguminya, aku menyayanginya, I love her so much! Ya bermula dari rasa kagumku itu, sosok yang sepertinya akan didambakan semua lelaki. Flawless bahkan dimataku. Aku benar-benar mempunyai rasa sayang yang tulus padanya, aku mengikuti bagaimana cara dia melakukan sesuatu, berharap aku juga bisa "setidaknya" menyerupai dia. Aku suka ketika dia tersenyum bahagia, aku tersenyum ketika dia tertawa ceria. Benar-benar persahabatan yang aku syukuri. Satu tahun berlalu, dia mulai menjengkelkan, Sedikit egois, bahkan terkadang sangat egois. Padahal hanya soal pelajaran, ya pelajaran. Aku dan dia berbarengan tapi bersaing. Bersaing dalam hal apa ya? Tak tahulah, bersaing dalam hal apapun, tapi masih persaingan sehat kok. Sampai ketika menuju satu setengah tahun pertemanan, hatiku mulai terluka. Karena apa? karena sifatnya. Manusia memang tidak sempurna, begitu juga denganku, tapi sangat sakit rasanya jika seseorang yang kita sayangi dengan tulus (termasuk sahabat) tega menyakiti kita dibelakang, ternyata aku saja yang berlebihan berharap untuk bisa menjadi sahabatnya dunia akhirat, dia? I dunno. Tidak tahu apa yang membuat kami sama-sama mundur menjauh perlahan, hei apa yang salah dengan hati kami? Mungkin berlebihan, aku masih teringat kenangan bersama hingga sekarang, sepertinya, dia enggak deh?! HAHAHA


                 Senyumnya tak lagi menjadi bahagiaku. Tawanya juga tak lagi menjadi hal yang turut aku senangi. Biasa saja. Inikah yang orang bilang "jangan terlalu menyayangi sesuatu" bahkan sahabat pun tidak boleh? Akupun tidak tahu. Tapi keadaan yang membuat semuanya begini. Bahkan terkadang aku berkhayal, seadainya hingga kini kami baik-baik saja, aku dan dia akan menjadi sahabat yang sangat kompak dan perfect. KAYAKNYA SIH?!

              Tapi semua tak kusesali, mungkin ada makna dibalik semua ini. Tapi apa ya maknanya? untuk mendekatinya lagi akupun tidak ingin, tapi ada sisi dibagian lain hatiku untuk terus mencari cara agar bisa akrab seperti dahulu. Hati memang agak rapuh ya, apalagi kalau soal perasaan, Kadang mudah terluka dan berbekas lama padahal hanya masalah sepele. 

             
Biarlah, kita lihat bagaimana nantinya. Rumah kita juga masih satu kota, bisa bertemu jikalau mau. Tapi aku penasaran bagaimana cerita persahabatn kita nantinya? apakah akan berlanjut? Can't wait for the story!